MENGAPA TUHANKU
MENYATUKAN KITA?
Sadarku masih 100% kala memberikanmu jalan untuk memasuki
kehidupanku. Aku seorang yang selalu terbuka untuk memberikan jalan pertemanan,
tapi aku tak asal saja menerima. Ada bisikan Malaikat Tuhanku untuk setiap
pemberian jalan.
Perkenalan dari KekuasaaNya lah aku dapat mengenalmu.
Hai...Selamat datang di duniaku, salam hangat dariku. Senyum lebar dan rasa
penasaran serta pertenyaanku, siapa kamu? untuk apa kita dipertemukan?
Awalnya sedikit ragu karena dirimu memiliki nama samaran untuk
salah satu akun media sosial yang mempertemukan kita. Penasaranku muncul. Siapa
dirimu sebenarnya? Dengan rasa yang unik sebenarnya, karena penasaranku
menggebu, mungkin karena salah satu ucapanmu karena kamu sebenarnya mengenalku
dari sejak aku Sekolah Dasar. who are you?
Yaps... singkat cerita Tuhanku punya caranya untuk menunjukkan
siapa dirimu dan Tuhanku menghendaki pertemuan pertamaku denganmu. Ditemani
gelap malam setelah petang datang. Aku berusaha seberani mungkin menemuimu.
Depan rumah dengan pintu tuanya yang ku buka dan aku berusaha berjalan
menemuimu karena kamu telah memberikan sinyal kedatanganmu.
Kamu dengan mungkin, memakai baju khasmu, hitam. Dengan nyamannya
aku bersenda gurau. Menanyakan semuanya. Keraguanku, rasa penasaranku, rasa
keingintahuanku, rasa semua itu bercampur aduk sebelumnya, tapi dengan mudahnya
luluh. Seketika kebingunganku yang muncul, Senyaman inikah? Ini baru awal
pertemuan, bukan dari lamanya kita tak bertemu, tapi awal pertemuan kita.
Tuhan, setelah
pertemuan singkat itu kau tunjukkan semua jalan yang Engkau kehendaki.
Bohong jika aku tetap bingung pada JalanNya, yang yaah.., seunik
ini. Setelah cerita banyak hal di malam itu. Aku mulai mengenalmu dan perlahan
suka dengan setiap sapaan, obrolan, dan keindahan cerita yang kita kupas.
Pertemuan satu malam itu tak cukup. Beraninya
kami bertemu lagi, membuat janji lain. Seolah waktu ini panjang yang seakan
hidup ini singkat hingga pikiran kita selalu ingin bertemu. “Ada Apa Tuhan?
Engkau mempertemukan kami, bukankah Nikmatmu tak bisa di dustakan?”
Selama waktu berputar pada bulan
Februari 2016 aku mengenalmu. Hingga pertanyaan hati ini muncul. “Aku nyaman
denganmu, merasa telah mengenal lama dirimu, merasa Tuhanku punya jalan
menyatukan kita untuk banyak hal kedepannya”. Salahkah pertanyaan-pertanyaan
itu muncul. Bahkan satu pertanyaan mencengangkan ini muncul, “Aku menyukainya?”
Ada banyak pertemuan, dan salah satu
yang menurutku Tuhan punya JalanNya untuk pertemuan ini. Saat kau menceritakan
siapa dirimu, masamu, jalan hidup bahkan apapun yang menurutku aku belum pantas
menerima cerita itu.
Hai... dan ini yang akan membuat
semuanya bertanya. “kami jatuh cinta” serasa bumi berputar hebat. Saking dahsyatnya,
kami sekarang berdua. Ya... berdua. Atas JalanNya yang kami pun tetap merasa
aneh.
Mengawali Maret, setelah bulan
kemarin berlalu. Kami berjalan menyusuri waktu Tuhanku. Mulai mengenal satu
sama lain, baik buruk, dan yang terunik... kami menguasai medan yang teramat
terjal berdua dengan rasanya yang campur aduk. Seperti sambal yang tak pedas,
kecap yang tak manis, dan tetesan hujan yang panas. Seperti itu medan yang kami
arungi berdua.
Aku mulai bertanya, kamu mulai
menjawabnya. Aku mulai mengeluh, kamu mulai menguatkanya. Aku mulai menangis,
kamu mulai menenangkanya. Aku mulai marah, kamu mulai meredamnya. Aku mulai
lelah, kamu mulai menyandarkan pundakku. Aku mulai takut, kamu mulai
menyejukkan. Aku mulai patah, dan kau mulai mempertahankannya.
Tuhanku punya caranya, kuncinya, dan
jalannya. satukan kita dengan cukup jangan bertanya lagi mengapa? karena Tuhanku menjawabnya dengan cerita-cerita kita selanjutnya dalam bagian-bagian hidup kita.
****
“Berawal dari tatap, indah senyummu
memikat, memikat hatiku yang hampa lara”