Selasa, 26 Juli 2016

HOPE 3

SAMPAI BATAS AKHIR

Jingga pada sela-sela awan didepan mataku membuatku mulai mengingat-ingat kejadian satu per satu yang telah aku lalui. Hatiku masih diambang pilu dan tetes air mataku tak kunjung berhenti. Jika ku teruskan tak banyak yang bisa aku lakukan. Padahal sesulit apapun soal yang aku terima pasti bisa aku jawab dan selesaikan tentunya dengan caraku. Tapi mengapa persoalan ini tak bisa aku jawab ataupun selesaikan. Aku seperti diapit oleh tebing dengan semakin gelapnya awan yang harus membuatku terus berjalan dalam ketakutan, merasa sendiri dan perjuangan yang akan aku rasakan sia-sia selama ini. Pertanda apa ini? Bodohkah aku tak bisa menyelesaikan ini semua? Atau memang tak harus aku yang menyelesaikannya.

Aku mencintainya dengan mendadak. Mendadak juga aku harus selesaikan perasaan ini. Rasa cinta yang pelik dalam hati ini seakan mencekik kadang kala aku mulai melihat semakin terjal jalan yang harus aku selesaikan. Aku paham ada dirimu, aku tahu ada dirimu, dan aku tak egois pada perasaan ini, kamu juga mencintaiku.

Tidak, tidak dan tidak. Esok adalah misteri yang aku dan dia tak pernah tau. Mengandai-andai seperti ini hanya membuat tetesan air ini semakin deras. Jika langit saja menerima dengan keadaan apapun, gelap tak mengapa terik tak apa. Mengapa aku mempermasalahkan hari esok. Bukankah dugaan-dugaan ini membuat diriku semakin terkunci.

Sekali lagi aku tekankan. Aku tak menyalahkan mereka-mereka yang dengan tintanya yang banyak membuat mereka leluasa menuliskan apapun yang diinginkan. Hanya saja kisah kita seperti ini. Iya ini, ini yang pelik kan? Kau pasti sependapat denganku.

Aku akan mundur jika memang diperlukan. Entah kau menerimanya atau tidak. Terserah dengan kondisiku. Ini sudah jalan manusia kan, dengan segala pilihan hidup yang harus selalu dan memang selalu diselesaikan bagaimanapun caranya asalkan sesuai aturan. Semoga kau paham.

Senin, 02 Mei 2016

HOPE 2

Pahamku dan Paham-Mu

Aku tidak putus asa Tuhan, hanya tidak tahu pada siapa lagi aku harus mengeluh. Engkau adalah awal dan akhirku untuk membagi semuanya, aku memang sering menduakanMu pada urusan dan kepentingan duniaku, tapi sejujurnya takutku tak pernah sedikitpun berkurang padamu. Mungkin akulah manusia munafik dengan sejuta alasan untuk terlihat baik, tapi aku paham aku yang terlihat baik di mata manusia lainnya tak nampak baik di mataMu. Tapi jujur dugaanku ini semata-mata aku putuskan sendiri karena aku takut. Aku telah melalui banyak lorong gelap, telah melampaui garis batasMu. Aku tahu kini kau memperingatkanku dengan jawaban atas setiap doaku.

Pahamku masih sama dari dulu, takut padaMu dan berusaha menjalankan perintahmu. Tak ada yang mampu merubahnya. Hanya manusia ini yang masih belum memahami sepenuhnya. Mohon ampun aku padaMu takkan pernah ada habisnya. Penyesalan pun juga tak akan ada habisnya. Tapi, sungguh, Engkau adalah Dzat yang paling mengetahui segala hal yang ada dalam setiap hati manusia.
Pahamku masih sama dari dulu. Bahwa manusia tidak bisa melanggar kodratnya tidak boleh melanggar batasan yang sudah diikrarkan dalam syahadat. Dalam hening aku bertanya, seberapa besar dosaku? Aku ingin mengetahuinya. Untuk tahu seberapa besar aku harus menghapuskannya dengan semua sisa hidupku di dunia.

Pahamku masih sama dari dulu. Tuhanku tidak akan menguji diluar batas kemampuan hambaNya. Itu yang aku yakini. Jadi seberapa besar manusia ini mampu melaksanakan dan menyelasaikannya dengan baik. Aku, sekali lagi dan akan banyak lagi ujian kan Tuhan? Aku mungkin banyak tak naik kelas hingga sebegitu rendah levelku dimataMu. Aku tahu aku tak boleh bertanya, dan menjawab pertanyaan yang bukan dasar kekuasaanku, tapi setidaknya itu jawaban dan pertanyaan yang sedikit demi sedikit akan membuatku berubah Tuhan. Jadi mungkin Engkau meneruskan semua ini karena itu. Engkau mencoba membuatku bertanya dan menjawabnya sehingga aku paham lebih dan lebih lagi. 

Rabu, 23 Maret 2016

HOPE 1

MENGAPA TUHANKU MENYATUKAN KITA?

Sadarku masih 100% kala memberikanmu jalan untuk memasuki kehidupanku. Aku seorang yang selalu terbuka untuk memberikan jalan pertemanan, tapi aku tak asal saja menerima. Ada bisikan Malaikat Tuhanku untuk setiap pemberian jalan. 
Perkenalan dari KekuasaaNya lah aku dapat mengenalmu. Hai...Selamat datang di duniaku, salam hangat dariku. Senyum lebar dan rasa penasaran serta pertenyaanku, siapa kamu? untuk apa kita dipertemukan?
Awalnya sedikit ragu karena dirimu memiliki nama samaran untuk salah satu akun media sosial yang mempertemukan kita. Penasaranku muncul. Siapa dirimu sebenarnya? Dengan rasa yang unik sebenarnya, karena penasaranku menggebu, mungkin karena salah satu ucapanmu karena kamu sebenarnya mengenalku dari sejak aku Sekolah Dasar. who are you?
Yaps... singkat cerita Tuhanku punya caranya untuk menunjukkan siapa dirimu dan Tuhanku menghendaki pertemuan pertamaku denganmu. Ditemani gelap malam setelah petang datang. Aku berusaha seberani mungkin menemuimu. Depan rumah dengan pintu tuanya yang ku buka dan aku berusaha berjalan menemuimu karena kamu telah memberikan sinyal kedatanganmu.
Kamu dengan mungkin, memakai baju khasmu, hitam. Dengan nyamannya aku bersenda gurau. Menanyakan semuanya. Keraguanku, rasa penasaranku, rasa keingintahuanku, rasa semua itu bercampur aduk sebelumnya, tapi dengan mudahnya luluh. Seketika kebingunganku yang muncul, Senyaman inikah? Ini baru awal pertemuan, bukan dari lamanya kita tak bertemu, tapi awal pertemuan kita.
Tuhan, setelah pertemuan singkat itu kau tunjukkan semua jalan yang Engkau kehendaki.
Bohong jika aku tetap bingung pada JalanNya, yang yaah.., seunik ini. Setelah cerita banyak hal di malam itu. Aku mulai mengenalmu dan perlahan suka dengan setiap sapaan, obrolan, dan keindahan cerita yang kita kupas.
Pertemuan satu malam itu tak cukup. Beraninya kami bertemu lagi, membuat janji lain. Seolah waktu ini panjang yang seakan hidup ini singkat hingga pikiran kita selalu ingin bertemu. “Ada Apa Tuhan? Engkau mempertemukan kami, bukankah Nikmatmu tak bisa di dustakan?”
Selama waktu berputar pada bulan Februari 2016 aku mengenalmu. Hingga pertanyaan hati ini muncul. “Aku nyaman denganmu, merasa telah mengenal lama dirimu, merasa Tuhanku punya jalan menyatukan kita untuk banyak hal kedepannya”. Salahkah pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Bahkan satu pertanyaan mencengangkan ini muncul, “Aku menyukainya?”
Ada banyak pertemuan, dan salah satu yang menurutku Tuhan punya JalanNya untuk pertemuan ini. Saat kau menceritakan siapa dirimu, masamu, jalan hidup bahkan apapun yang menurutku aku belum pantas menerima cerita itu.
Hai... dan ini yang akan membuat semuanya bertanya. “kami jatuh cinta” serasa bumi berputar hebat. Saking dahsyatnya, kami sekarang berdua. Ya... berdua. Atas JalanNya yang kami pun tetap merasa aneh.
          Mengawali Maret, setelah bulan kemarin berlalu. Kami berjalan menyusuri waktu Tuhanku. Mulai mengenal satu sama lain, baik buruk, dan yang terunik... kami menguasai medan yang teramat terjal berdua dengan rasanya yang campur aduk. Seperti sambal yang tak pedas, kecap yang tak manis, dan tetesan hujan yang panas. Seperti itu medan yang kami arungi berdua. 
      Aku mulai bertanya, kamu mulai menjawabnya. Aku mulai mengeluh, kamu mulai menguatkanya. Aku mulai menangis, kamu mulai menenangkanya. Aku mulai marah, kamu mulai meredamnya. Aku mulai lelah, kamu mulai menyandarkan pundakku. Aku mulai takut, kamu mulai menyejukkan. Aku mulai patah, dan kau mulai mempertahankannya.
            Tuhanku punya caranya, kuncinya, dan jalannya. satukan kita dengan cukup jangan bertanya lagi mengapa? karena Tuhanku menjawabnya dengan cerita-cerita kita selanjutnya dalam bagian-bagian hidup kita.
            ****
            “Berawal dari tatap, indah senyummu memikat, memikat hatiku yang hampa lara”
           


Kamis, 11 Februari 2016

PUISI 4

PURNAMA MALAM INI

Lihatlah purnama, aku berjalan sendiri

Menyusuri khayal sempitku tentang musim kali ini

Sembari mengingat musim lalu

Indah sepertimu purnama

Hai, aku ingin menengok kebelakang

Tapi gelap itu membuatku takut

Hai, aku ingin menyusuri gelap itu

Siapa yang berani menemani

Sudah... aku harus berani

Menengok sebentar lalu kembali saja

Pergi dengan keberanian purnama

Lintas bayangan cahaya

Bersama puing kerinduan yang ku punya

Terima kasih telah mengajarkanku

Paham hati yang kuat

Sakit yang semakin hilang

Denga sosok indahmu... purnama

Aku akan lupa dan kembali

Pada musim yang seharusnya ku pijak

Kaki kuat melangkah

Dan dengan hati yang tegar