Diam sejenak Raisa dalam sepi
sunyi malam dikamarnya. Rama hanyalah kenangan lama pikirnya sambil mengusap
air matanya. Dia menciumnya! andai waktu itu aku tak melihatnya. Rama, orang
yang aku cintai selama ini tega selingkuh dibelakangku. 3 tahun kami
menghabiskan waktu bersama, apakah ini balasannya selama aku sibuk tak
memperhatikannya? besitku dalam diam.
Rama adalah hal terindah yang aku
miliki, dia dulu ada dalam sedih dan lelahku. Mungkinkah dia semudah itu
melupakanku. Kututup lembaran lama dengan laki-laki yang telah menyakitiku dulu
dengan membuka lembaran baru dengan Rama. Rama bukanlah yang pertama, tapi aku
yakin dia yang terbaik untukku. Tapi mungkin itu dulu sebelum aku melihat dia
mencium wanita di cafe itu. Air mata terus mengucur deras dari mataku, sudah
berapa tisu kubuang untuk menghapus air ini. Hati ini sakit dengan rasa kecewa.
Rama tahu aku melihat dia mencium
wanita itu, dia hanya kaku dengan mata penuh rasa bersalah. Aku berlari
menjauhi dia. Tapi dia menarik tanganku dan bilang “aku bisa jelasin semua ini
Sa”. Aku langsung menamparnya dan pergi dengan air mata mengucur deras di
pipiku.
Titututitutituuut... HP ku
berdering dari tadi. Aku terus mereject panggilan itu, Rama nama yang ada di
layar hp membuatku mematikan Hp. Aku tak ingin dengar suara lak-laki pembohong
itu lagi, aku kecewa dengannya.
“ Raisa, bangun sayang....!! ibu
memanggil keras dengan mengetok pintu kamarku, membangunkanku.. dengan mata
yang bengkak aku terbangun lalu membukakan pintu. “ Rama ada di depan tuuuh “
kata ibuku dengan menunjuk ruang tamu.
Rama? Ucapku kaget. Dia? Mau apa
dia datang setelah kejadian semalam. Tak punya rasa malukah dia pikirku dalam
hati.
“heh! Malah diem ! itu lho
ditunggu, mandi sana!” bentak ibu mengagetkan lamunanku
“he’em!” jawabku sewot.
“Sa, sebenernya semalem itu aku
gag ciuman sama cewek itu, sumpah!” Rama yakinin aku kalau dia gag nyium cewek
itu. Tapi aku tetep gag percaya kalau dia.. “Sa, percaya deh! Aku jujur sama
kamu”. Kita ngomong diluar aja buat nyelesein masalah ini. Aku ngajak dia
keluar rumah. Aku hanya gag mau buat keributan dirumah.
“kita putus !” bentakku didepan
muka dia. Mungkin kata ini yang akan membuatku tenang. dan aku hanya
melihat raut muka sedih Rama setelah
bentakkan itu. “Aku fikir kamu bisa percaya aku kalau aku pasti cepet-cepet
nyelesein kerjaan aku dan bisa main lagi bareng kamu”.
Tiba-tiba hujan deras turun. Disitulah
aku luapkan apa yang aku ingin katakan. Hujan yang menutupi air mataku yang
turun, bibirku tak berhenti mengatakan apa yang aku rasakan. Aku lihat Rama
yang mulai merasa bersalah. Dia mencoba menggenggam tanganku. Tiba-tiba dia
menarik tanganku dan aku jatuh dipelukannya. Aku mendengar suara lirih dari
mulutnya. Maaf..aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu, kata Rama dengan
lirih lalu pergi dengan melepas pelukannya meninggalkan aku di tengah hujan
deras ini.
2 hari setelah kejadian itu, aku berubah
perlahan. Aku sekarang sendiri dan mulai fokus pada tugas akhir kuliah,
skripsiku. Raya sahabatkku mendukungku sepenuhnya. Aku inget pesan dia waktu
malam itu.”say, aku dukung kamu dari belakang, biar jomblo yang penting lulus
sarjana, daripada punya pacar tapi ga lulus-lulus”. Aku hanya ketawa denger dia
ngomong kayak gitu. Tapi setelah ucapan itu aku inget sama Rama, gimana keadaan
dia setelah putus dari aku.
Tuingtuing.. Hpku geter, ada sms
masuk dari nomor yang tanpa nama. Aku buka dan aku kaget baca isi smsnya.
“ini Raisa ya..ini bundanya Rama.
Rama lagi sakit, kamu bisa gag njenguk dia. Dia manggil-manggil nama kamu terus
tiap ngigau dari kemari.”
Hati ini tersentak kaget baca isi
sms itu. Rama..sakit.. kenapa tiba-tiba perasaan ini muncul. Aku udah sakit
karena dia, tapi kenapa rasa ini keluar lagi. Aku hanya diam setelah baca sms
itu. Aku gag bales sms itu, hpku aku matiin dan terus nyusun skripsi disamping
Raya.
Aku masuk kuliah pagi hari ini. Semalem
mimpi buruk menimapaku, ngeliat muka munafiknya Rama yang nongol didepanku,
tapi cepat kulupakan. Raya menyapaku, membuatku ingin mengatakan sesuatu padanya
tentang isi sms bundanya Rama kemarin.
Atas nasehat Raya, aku dateng ke
rumah Rama dengan bawa buah dan mental yang kuat tentunya. Dok..dok..dok.. aku
ketuk pintu rumahnya yang terkihat sepi. “Non Raisa ya”, tiba-tiba satpam
dateng dari arah kebun belakang. “Tuan Ramanya ...’ sejenak dia hentiin
perkataanya. Aku langsung tanya sama satpam itu. “ Ramanya kenapa pak?” tanyaku
agak ketakutan. “anu..anu...bagaimana ya ngomongnya.” Kata tebata-bata satpam
itu buat aku jadi ketakutan. Tapi saat ini aku sudah ketakutan, setelah
mendengar Rama masuk rumah sakit. Satpam rumah Rama tadi bilang, “semalem Rama
ngurung diri di kamar tanpa membukakan pintu dan gag mau makan. Nyonya Wati bunda
Rama udah cemas, terus saya diminta dobrak kamar Rama, dan ngeliat tuan Rama
megang pecahan kaca buat mutusin nadinya”penjelasan satpam itu langsung buat
aku ke rumah sakit.
Tiba di rumah sakit aku lansung
menuju kamar dimana Rama dirawat setelah menanyakannya pada ruang
informasi. Air mata ini ingin keluar
tapi aku mencoba menarik nafas buat ngelegain hati aku.
Sampai di kamar dimana Rama tempati,
aku mengucap salam dan aku ngeliat bundanya Rama disamping Rama terbaring lemas
dengan telapak tangan yang diperban.
“ Tante, assalamu’alaikum”
“
Raisa ya..” jawab bunda Rama perlahan lirih.
Bunda Rama menjelaskan semua,
akupun ikut menjelaskan. Aku putus dengannya, intinya itu yang buat Rama jadi begini. Aku merasa
bersalah. Setelah Rama sadar munkin aku akan mau denger penjelasan dia.
Keesokan harinya, aku tunggu dia
sadar kemarin, tapi dia belum sadar-sadar. Aku udah dapet sms dari bundanya
kalau dini hari tadi Rama sudah sadar, jadi setelah kuliah aku mau cepet-cepet
kesana.
Aku tiba di ruangan ini lagi. Aku
fikir tak perlu ada rasa takut, lupakan masa lalu itu. Aku harus bisa. Aku liat
Rama yang lagi makan malem ditemenin bundanya. Aku mengucap salam. Ada sorot
mata tajam menjurus ke arahku, Rama memandangiku. Keaadaan ini membuat bunda
Rama pergi, mungkin dia tau anaknya butuh privasinya untukku. Setelah Bunda
Rama pergi dari ruangan, sunyi malam terasa karena kami tak beranjak mengatakan
sepatah katapun. Berselang beberapa menit Rama membuatku menean ludahku. Dia mengatakan
“ apa dengan keadaan aku kayak gini baru kamu mau ngertiin aku?” aku hanya diam
dan sesekali memberanikan diri untuk menatap matanya.
Rama mencoba menjelaskan yang
sebenarnya hari itu, ketika hujan lebat itu, tapi emosiku membuatnya untuk
mengalah dan pergi. “ ciuman itu, kau salah paham, aku tak menciumnya, kau
kenal wanita itu? Dia putri temanku, dia numpang motorku untuk ke cafe dimana
kita ketemu, dia kerja disana, waktu turun dari motor matanya kelilipan, aku
coba niup ke arah matanya, dan terlihat dari belakang seperti ciuman”.
Aku menyesal udah kayak gini sama
Rama, dengerin penjelasan Rama aku sadar bahwa cinta itu butuh penjelasan,
pikirkan terlebih dahulu apa yang kita ingin lakukan dan katakan.
Tapi aku tetap memarahi Rama
dengan melakukan tindakan bodoh ini, mencoba bunuh diri kataku. Tapi dia
mengucapkan kalimat “ jangan tanya aku melakukan ini untuk apa dan siapa.” Aku hanya
menangis dengar ucapan Rama itu dan Rama mengusap air mataku. I LOVE U Ram
bisikku dalam dekapannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar