Rabu, 06 Agustus 2014

CERPEN 3

Cinta itu Butuh Penjelasan


     Diam sejenak Raisa dalam sepi sunyi malam dikamarnya. Rama hanyalah kenangan lama pikirnya sambil mengusap air matanya. Dia menciumnya! andai waktu itu aku tak melihatnya. Rama, orang yang aku cintai selama ini tega selingkuh dibelakangku. 3 tahun kami menghabiskan waktu bersama, apakah ini balasannya selama aku sibuk tak memperhatikannya? besitku dalam diam.
     Rama adalah hal terindah yang aku miliki, dia dulu ada dalam sedih dan lelahku. Mungkinkah dia semudah itu melupakanku. Kututup lembaran lama dengan laki-laki yang telah menyakitiku dulu dengan membuka lembaran baru dengan Rama. Rama bukanlah yang pertama, tapi aku yakin dia yang terbaik untukku. Tapi mungkin itu dulu sebelum aku melihat dia mencium wanita di cafe itu. Air mata terus mengucur deras dari mataku, sudah berapa tisu kubuang untuk menghapus air ini. Hati ini sakit dengan rasa kecewa.
     Rama tahu aku melihat dia mencium wanita itu, dia hanya kaku dengan mata penuh rasa bersalah. Aku berlari menjauhi dia. Tapi dia menarik tanganku dan bilang “aku bisa jelasin semua ini Sa”. Aku langsung menamparnya dan pergi dengan air mata mengucur deras di pipiku.
     Titututitutituuut... HP ku berdering dari tadi. Aku terus mereject panggilan itu, Rama nama yang ada di layar hp membuatku mematikan Hp. Aku tak ingin dengar suara lak-laki pembohong itu lagi, aku kecewa dengannya.
“ Raisa, bangun sayang....!! ibu memanggil keras dengan mengetok pintu kamarku, membangunkanku.. dengan mata yang bengkak aku terbangun lalu membukakan pintu. “ Rama ada di depan tuuuh “ kata ibuku dengan menunjuk ruang tamu.
     Rama? Ucapku kaget. Dia? Mau apa dia datang setelah kejadian semalam. Tak punya rasa malukah dia pikirku dalam hati.
“heh! Malah diem ! itu lho ditunggu, mandi sana!” bentak ibu mengagetkan lamunanku
“he’em!” jawabku sewot.
     “Sa, sebenernya semalem itu aku gag ciuman sama cewek itu, sumpah!” Rama yakinin aku kalau dia gag nyium cewek itu. Tapi aku tetep gag percaya kalau dia.. “Sa, percaya deh! Aku jujur sama kamu”. Kita ngomong diluar aja buat nyelesein masalah ini. Aku ngajak dia keluar rumah. Aku hanya gag mau buat keributan dirumah.
     “kita putus !” bentakku didepan muka dia. Mungkin kata ini yang akan membuatku tenang. dan aku hanya melihat  raut muka sedih Rama setelah bentakkan itu. “Aku fikir kamu bisa percaya aku kalau aku pasti cepet-cepet nyelesein kerjaan aku dan bisa main lagi bareng kamu”.
      Tiba-tiba hujan deras turun. Disitulah aku luapkan apa yang aku ingin katakan. Hujan yang menutupi air mataku yang turun, bibirku tak berhenti mengatakan apa yang aku rasakan. Aku lihat Rama yang mulai merasa bersalah. Dia mencoba menggenggam tanganku. Tiba-tiba dia menarik tanganku dan aku jatuh dipelukannya. Aku mendengar suara lirih dari mulutnya. Maaf..aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu, kata Rama dengan lirih lalu pergi dengan melepas pelukannya meninggalkan aku di tengah hujan deras ini.
     2  hari setelah kejadian itu, aku berubah perlahan. Aku sekarang sendiri dan mulai fokus pada tugas akhir kuliah, skripsiku. Raya sahabatkku mendukungku sepenuhnya. Aku inget pesan dia waktu malam itu.”say, aku dukung kamu dari belakang, biar jomblo yang penting lulus sarjana, daripada punya pacar tapi ga lulus-lulus”. Aku hanya ketawa denger dia ngomong kayak gitu. Tapi setelah ucapan itu aku inget sama Rama, gimana keadaan dia setelah putus dari aku.
      Tuingtuing.. Hpku geter, ada sms masuk dari nomor yang tanpa nama. Aku buka dan aku kaget baca isi smsnya.
“ini Raisa ya..ini bundanya Rama. Rama lagi sakit, kamu bisa gag njenguk dia. Dia manggil-manggil nama kamu terus tiap ngigau dari kemari.”
     Hati ini tersentak kaget baca isi sms itu. Rama..sakit.. kenapa tiba-tiba perasaan ini muncul. Aku udah sakit karena dia, tapi kenapa rasa ini keluar lagi. Aku hanya diam setelah baca sms itu. Aku gag bales sms itu, hpku aku matiin dan terus nyusun skripsi disamping Raya.
     Aku masuk kuliah pagi hari ini. Semalem mimpi buruk menimapaku, ngeliat muka munafiknya Rama yang nongol didepanku, tapi cepat kulupakan. Raya menyapaku, membuatku ingin mengatakan sesuatu padanya tentang isi sms bundanya Rama kemarin.
     Atas nasehat Raya, aku dateng ke rumah Rama dengan bawa buah dan mental yang kuat tentunya. Dok..dok..dok.. aku ketuk pintu rumahnya yang terkihat sepi. “Non Raisa ya”, tiba-tiba satpam dateng dari arah kebun belakang. “Tuan Ramanya ...’ sejenak dia hentiin perkataanya. Aku langsung tanya sama satpam itu. “ Ramanya kenapa pak?” tanyaku agak ketakutan. “anu..anu...bagaimana ya ngomongnya.” Kata tebata-bata satpam itu buat aku jadi ketakutan. Tapi saat ini aku sudah ketakutan, setelah mendengar Rama masuk rumah sakit. Satpam rumah Rama tadi bilang, “semalem Rama ngurung diri di kamar tanpa membukakan pintu dan gag mau makan. Nyonya Wati bunda Rama udah cemas, terus saya diminta dobrak kamar Rama, dan ngeliat tuan Rama megang pecahan kaca buat mutusin nadinya”penjelasan satpam itu langsung buat aku ke rumah sakit.
      Tiba di rumah sakit aku lansung menuju kamar dimana Rama dirawat setelah menanyakannya pada ruang informasi.  Air mata ini ingin keluar tapi aku mencoba menarik nafas buat ngelegain hati aku.
      Sampai di kamar dimana Rama tempati, aku mengucap salam dan aku ngeliat bundanya Rama disamping Rama terbaring lemas dengan telapak tangan yang diperban.
“ Tante, assalamu’alaikum”
“  Raisa ya..” jawab bunda Rama perlahan lirih.
      Bunda Rama menjelaskan semua, akupun ikut menjelaskan. Aku putus dengannya, intinya itu  yang buat Rama jadi begini. Aku merasa bersalah. Setelah Rama sadar munkin aku akan mau denger penjelasan dia.
Keesokan harinya, aku tunggu dia sadar kemarin, tapi dia belum sadar-sadar. Aku udah dapet sms dari bundanya kalau dini hari tadi Rama sudah sadar, jadi setelah kuliah aku mau cepet-cepet kesana.
      Aku tiba di ruangan ini lagi. Aku fikir tak perlu ada rasa takut, lupakan masa lalu itu. Aku harus bisa. Aku liat Rama yang lagi makan malem ditemenin bundanya. Aku mengucap salam. Ada sorot mata tajam menjurus ke arahku, Rama memandangiku. Keaadaan ini membuat bunda Rama pergi, mungkin dia tau anaknya butuh privasinya untukku. Setelah Bunda Rama pergi dari ruangan, sunyi malam terasa karena kami tak beranjak mengatakan sepatah katapun. Berselang beberapa menit Rama membuatku menean ludahku. Dia mengatakan “ apa dengan keadaan aku kayak gini baru kamu mau ngertiin aku?” aku hanya diam dan sesekali memberanikan diri untuk menatap matanya.
       Rama mencoba menjelaskan yang sebenarnya hari itu, ketika hujan lebat itu, tapi emosiku membuatnya untuk mengalah dan pergi. “ ciuman itu, kau salah paham, aku tak menciumnya, kau kenal wanita itu? Dia putri temanku, dia numpang motorku untuk ke cafe dimana kita ketemu, dia kerja disana, waktu turun dari motor matanya kelilipan, aku coba niup ke arah matanya, dan terlihat dari belakang seperti ciuman”.
Aku menyesal udah kayak gini sama Rama, dengerin penjelasan Rama aku sadar bahwa cinta itu butuh penjelasan, pikirkan terlebih dahulu apa yang kita ingin lakukan dan katakan.
      Tapi aku tetap memarahi Rama dengan melakukan tindakan bodoh ini, mencoba bunuh diri kataku. Tapi dia mengucapkan kalimat “ jangan tanya aku melakukan ini untuk apa dan siapa.” Aku hanya menangis dengar ucapan Rama itu dan Rama mengusap air mataku. I LOVE U Ram bisikku dalam dekapannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar